Belum banyak yang mengetahui mengapa di setiap rumah makan Padang rata-rata selalu memasang cermin dengan ukuran besar dan banyak.
Cermin itu selelu berukuran besar, ada di setiap dinding di rumah Padang.
Entah apa tujuannya dan siapa yang mempeloporinya. Tapi tentunya, pemasangan cermin ini bukan hanya sekdar hiasan belaka saja.
Pengelola rumah makan Padang pasti memiliki sebuah tujuan tertentu memasang cermin di tempat usahanya.
Seperti dikutip dari Wikipedia, rumah makan atau restoran yang menjual atau menghidangkan berbagai ragam kuliner atau masakan Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat.
Rumah makan ini amat terkenal di Indonesia bahkan dunia, dan disukai oleh berbagai kalangan serta bermacam etnis dan bangsa karena masakan yang lezat serta daya adaptasinya yang bisa menyesuaikan diri dengan lidah atau selera masyarakat di mana rumah makan ini berada.
RM Padang di luar Sumatera Barat menghidangkan masakan yang tidak terlalu pedas, berbeda dengan rumah makan yang ada di tanah kelahirannya sendiri.
Usaha rumah makan ini hadir dalam berbagai tingkatan sosial, mulai dari warung Padang kaki lima yang harganya terjangkau oleh kalangan bawah, rumah makan yang menargetkan kalangan menengah sebagai sasaran pasarnya, hingga restoran mewah yang menargetkan kalangan atas dengan harga yang cukup tinggi sesuai fasilitas yang disediakan.
Penamaan ‘Rumah Makan (RM) atau Restoran Padang’ sebenarnya tidaklah begitu tepat, karena asal masakan dan pelaku bisnis ini tidak hanya dari kota Padang, tapi justru lebih banyak berasal dari wilayah lainnya di Sumatera Barat, seperti Agam, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman, Tanah Datar, dan berbagai wilayah lainnya.
Setiap wilayah itu menghasilkan rasa dan ragam masakan yang agak berbeda antara satu dengan lainnya.
Asal-usul penamaan ‘Restoran Padang’ yang dianggap paling awal berhasil dilacak melalui suatu penelitian yang dilakukan oleh Surya Suryadi, seorang filolog di Universitas Leiden, Belanda.
Ia menemukan bukti historis-empiris, yaitu sebuah iklan restoran Padang yang bernama PADANGSCH-RESTAURANT “Gontjang-Lidah” di Cirebon yang dikelola seorang perantau Minang, B. Ismael Naim, dimuat selama beberapa bulan pada tahun 1937 di harian Pemandangan yang terbit di Batavia.
Nah, kembali ke topik awal tadi.
Mengapa selalu ada cermin ddi rumah makan Padang ?
Dari informasi yang dihimpun TribunnewsBogor.com, ada beberapa alasan.
Alasan pertama mengatakan bahwa, cermin memang tidak melulu ada di rumah makan Padang.
Restoran lain pun memilikinya. Ini disebabkan karena cermin memberi kesan luas dan ada dimensi lain. Dengan begitu orang yang berkunjung ke rumah makan itu tidak mudah jenuh.
Alasan yang kedua yaitu, menu makanan di rumah makan Padang banyak yang berkuah. Dan cara makan kebanyakan orang dengan menggunakan tangan.
Rasa gurih dan pedas yang merupakan ciri khas masakan ini, membuat orang yang menyantapnya menjadi ‘blepotan’ dan berkeringat.
Dengan adanya kaca atau cermin, maka orang yang tadinya makan dengan lahap dan tidak mengontrol diri, menjadi sadar akan penampilannya saat makan.
Serta bisa merapihkan diri setelah menyantap makanannya.
Alasan ketiga yakni, agar pengelola dapat memantau kegiatan dari pengunjungnya. Dengan adanya cermin, makan akan terlihat jika ada pengunjung yang mengambil makanan secara diam-diam.
[sebarkanlah]
Cermin itu selelu berukuran besar, ada di setiap dinding di rumah Padang.
Entah apa tujuannya dan siapa yang mempeloporinya. Tapi tentunya, pemasangan cermin ini bukan hanya sekdar hiasan belaka saja.
Pengelola rumah makan Padang pasti memiliki sebuah tujuan tertentu memasang cermin di tempat usahanya.
Seperti dikutip dari Wikipedia, rumah makan atau restoran yang menjual atau menghidangkan berbagai ragam kuliner atau masakan Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat.
Rumah makan ini amat terkenal di Indonesia bahkan dunia, dan disukai oleh berbagai kalangan serta bermacam etnis dan bangsa karena masakan yang lezat serta daya adaptasinya yang bisa menyesuaikan diri dengan lidah atau selera masyarakat di mana rumah makan ini berada.
RM Padang di luar Sumatera Barat menghidangkan masakan yang tidak terlalu pedas, berbeda dengan rumah makan yang ada di tanah kelahirannya sendiri.
Usaha rumah makan ini hadir dalam berbagai tingkatan sosial, mulai dari warung Padang kaki lima yang harganya terjangkau oleh kalangan bawah, rumah makan yang menargetkan kalangan menengah sebagai sasaran pasarnya, hingga restoran mewah yang menargetkan kalangan atas dengan harga yang cukup tinggi sesuai fasilitas yang disediakan.
Penamaan ‘Rumah Makan (RM) atau Restoran Padang’ sebenarnya tidaklah begitu tepat, karena asal masakan dan pelaku bisnis ini tidak hanya dari kota Padang, tapi justru lebih banyak berasal dari wilayah lainnya di Sumatera Barat, seperti Agam, Lima Puluh Kota, Padang Pariaman, Tanah Datar, dan berbagai wilayah lainnya.
Setiap wilayah itu menghasilkan rasa dan ragam masakan yang agak berbeda antara satu dengan lainnya.
Asal-usul penamaan ‘Restoran Padang’ yang dianggap paling awal berhasil dilacak melalui suatu penelitian yang dilakukan oleh Surya Suryadi, seorang filolog di Universitas Leiden, Belanda.
Ia menemukan bukti historis-empiris, yaitu sebuah iklan restoran Padang yang bernama PADANGSCH-RESTAURANT “Gontjang-Lidah” di Cirebon yang dikelola seorang perantau Minang, B. Ismael Naim, dimuat selama beberapa bulan pada tahun 1937 di harian Pemandangan yang terbit di Batavia.
Nah, kembali ke topik awal tadi.
Mengapa selalu ada cermin ddi rumah makan Padang ?
Dari informasi yang dihimpun TribunnewsBogor.com, ada beberapa alasan.
Alasan pertama mengatakan bahwa, cermin memang tidak melulu ada di rumah makan Padang.
Restoran lain pun memilikinya. Ini disebabkan karena cermin memberi kesan luas dan ada dimensi lain. Dengan begitu orang yang berkunjung ke rumah makan itu tidak mudah jenuh.
Alasan yang kedua yaitu, menu makanan di rumah makan Padang banyak yang berkuah. Dan cara makan kebanyakan orang dengan menggunakan tangan.
Rasa gurih dan pedas yang merupakan ciri khas masakan ini, membuat orang yang menyantapnya menjadi ‘blepotan’ dan berkeringat.
Dengan adanya kaca atau cermin, maka orang yang tadinya makan dengan lahap dan tidak mengontrol diri, menjadi sadar akan penampilannya saat makan.
Serta bisa merapihkan diri setelah menyantap makanannya.
Alasan ketiga yakni, agar pengelola dapat memantau kegiatan dari pengunjungnya. Dengan adanya cermin, makan akan terlihat jika ada pengunjung yang mengambil makanan secara diam-diam.
[sebarkanlah]