Berdoa Di Facebook, Apakah Anda sering melakukannya dan Bagaimana Hukumnya?

Dalam sebuah komentar di Facebook ada netizen yang nyeletuk, "Berdoa kok di Facebook? Berdoa ya di Masjid!" Lantas apakah berdoa di facebook itu tidak boleh?



Seperti kita ketahui, salah satu sarana yang berada di  internet yang cukup bombastis adalah situs jejaring sosial. Melalui jejaring sosial pengguna internet bisa berinteraksi dengan orang lain dari belahan dunia lain. Diantara banyaknya media sosial, beberapa cukup banyak menarik pengguna. Yaitu Facebook, Twitter, Skype, Instagram, dan lain sebagainya.

Dari jejaring diatas, Facebook memiliki jumlah pengguna aktif yang cukup banyak. Termasuk saya. Saya aktif menggunakan Facebook sejak 2009 silam. Saat itu saya masih duduk di semester 1 fakultas dakwah universitas Ummul Qura Makkah

Realitanya, menggunakan Facebook membuat penggunanya semakin cerdas. Karena dijadikan sebagai tempat untuk berdiskusi, berbagai pengalaman atau sekedar menambah teman dan menjalin relasi.

Diantara pengguna Facebook tidak semuanya serius. Ada yang hanya untuk main-main, keisengan dan tujuan lainnya. Dari semua status yang dituliskan, yang cukup menarik adalah status “berdoa”.

Secara umum, berdoa di sosial media atau di tempat umum atau berdoa dengan suara yang di dengar orang lain itu tidak masalah. Dalil masalah ini cukup banyak, diantaranya doa yang dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika khutbah jumat karena permintaan orang badui agar beliau memohon kepada Allah untuk segera menurunkan hujan. Termasuk doa-doa yang dibaca oleh khatib ketika khutbah jumat. Dan kita tahu, doa itu dibaca di tempat umum, di hadapan banyak masyarakat.

Terkait berdoa di facebook atau media sosial lainnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

Pertama, membuat status berisi doa di sosmed dalam rangka mengajarkan doa yang shahih kepada orang lain. Misalnya memposting doa yang benar ketika hendak tidur, atau bangun tidur atau dzikir pagi – petang, atau doa selama hujan, dst.

Insya Allah kegiatan semacam ini termasuk amal sholeh. Mendakwahkan kebaikan kepada rekan-rekan di sosial media untuk melakukan amalan sunah. Karena itu, perlu kita pastikan, doa yang anda sebarkan, telah terjamin keshahihannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjanjikan bahwa orang yang memotivasi orang lain untuk berbuat baik, dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengikuti ajakannya. Dalam sebuah riwayat dari sahabat Abu Mas’ud Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ھِ ِعل ا َ ف ِ ْجر َ أ لُ ْ ث مِ ُ ھ َ ل َ ف ٍ یْر ى خَ َ َعل لَّ دَ َم
 Siapa yang menunjukkan kebaikan, dia akan mendapatkan pahala seperti pahala pelakunya (orang yang mengikutinya). (HR. Muslim)

Kedua, Saling mendoakan adalah bentuk kepedulian sesama saudara se Islam dan se Iman

Mendoakan sesama muslim termasuk dari sunnah hasanah yang telah diamalkan turun-temurun oleh para Nabi - alaihimushshalatu wassalam- dan juga orang-orang saleh yang mengikuti mereka. Mereka senang kalau kaum muslimin mendapatkan kebaikan, sehingga merekapun mendoakan saudaranya di dalam doa mereka tatkala mereka mendoakan diri mereka sendiri. Dan ini di antara sebab terbesar tersebarnya kasih sayang dan kecintaan di antara kaum muslimin, serta menunjukkan kesempuraan iman mereka. Nabi -alaihis shalaatu wassalam- bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)

Karenanya Allah dan Rasul-Nya memotifasi kaum muslimin untuk senantiasa mendoakan saudaranya, sampai-sampai Allah Ta’ala mengutus malaikat yang khusus bertugas untuk meng’amin’kan setiap doa seorang muslim untuk saudaranya dan sebagai balasannya malaikat itupun diperintahkan oleh Allah untuk mendoakan orang yang berdoa tersebut. Berhubung doa malaikat adalah mustajabah, maka kita bisa menyatakan bahwa mendoakan sesama muslim tanpa sepengetahuannya termasuk dari doa-doa mustajabah. Karenanya jika dia mendoakan untuk saudaranya -dan tentu saja doa yang sama akan kembali kepadanya- maka potensi dikabulkannya akan lebih besar dibandingkan dia mendoakan untuk dirinya sendiri

Ketiga, Para malaikat ikut mengamini doa tersebut

Di antara orang-orang yang berbahagia dengan shalawat para Malaikat adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya dari kejauhan, begitupula orang yang mendo’akannya. Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah apa yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dari Shafwan, ia adalah Ibnu ‘Abdillah bin Shafwan, dan umur ad-Darda’ di bawahnya, beliau berkata: “Aku pergi ke Syam dan mendatangi Abud Darda’ Radhiyallahu anhu di rumahnya, tetapi beliau tidak ada di rumah, yang ada hanyalah Ummud ى ‘Darda َ َعال َ ت ا االلهُ ھَ مَ ِ رحَ, ia berkata: ‘Apakah tahun ini engkau akan pergi haji?’ ‘Ya,’ jawabku. Dia berkata: ‘Do’akan kami dengan kebaikan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

ٌ َ َمل ِسھِ ْ َرأ دَ ْ ِعن ٌ َجابَة َ ُم ْست یْبِ غَ ْ ال ِ ْھر ِظَ ب ِخیْھِ َ لأ ِ ِم ُم ْسل ْ ال ِ َمْرء ْ ال ُ دَ ْع َوة ٍ ل ْ ث مِ ِ ب كَ َ . َول یْنَ : آمِ ھِ ِ ب لُ َّ ُمَوك ْ ال كُ َ َمل ْ ال الَ َ ، ق ٍ یْر ِخَ ب ِخیْھِ َ َعاِلأ َما دَ َّ ل ُ . ك لٌ َّ .ُم

‘Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’” (‘Aunul Ma’buud IV/275-276)

‘Abdullah berkata: “Lalu aku pergi ke pasar dan bertemu dengan Abud Darda’ Radhiyallahu anhu, lalu beliau mengucapkan kata-kata seperti itu yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Shahiih Muslim kitab adzDzikr wad Du’aa’ wat Taubah wal Istighfaar bab Fadhlud Du’aa’ lil Muslimiin bi Zhahril Ghaib)

Dari hadits yang mulia ini kita bisa mengetahui bahwa ada dua golongan manusia yang mendapatkan do’a dari para Malaikat, mereka itu adalah orang yang dido’akan oleh saudaranya sesama muslim sedangkan dia tidak mengetahuinya, karena Malaikat yang ditugaskan kepada orang yang sedang menguapkan: “Aamiin,” maknanya adalah: “Ya Allah, kabulkanlah do’anya bagi saudaranya.”

Keempat, Menghidupkan syiar Islam melalui sosmed

Mengenai berdoa di Facebook, Ustadz Yunahar berpendapat sama hukumnya dengan lisan. Lisan tidak dimaknai secara harfi ah sebagai mulut, tetapi juga termasuk tulisan di buku, surat kabar, maupun media sosial. Hal ini merujuk pada hadis, "Barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, jika kamu tidak mampu maka cegahlah dengan lisanmu ...." (HR Muslim)

Oleh karena itu, berdoalah dimana saja selagi bisa, Karena Allah menyukai para hamba-Nya yang mau memohon kepada-Nya. dalam hal ini orang-orang yang berdoa di Facebook telah menghidupkan syiar Islam yang disebut dalam ayat berikut

"Mohonlah (berdoalah) kamu kepada Tuhanmu dengan cara merendahkan diri dan cara halus, bahwasannya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas; dan janganlah kamu berbuat kebinasaan di bumi (masyarakat) setelah la baik; dan mohonlah (berdoalah) kamu kepada Allah dengan rasa takut dan loba (sangat mengharap); bahwasannya rahmat Allah itu sangat dekat kepada orangorang, yang ihsan (Iman kepada Allah dan berbuat kebajikan)." (QS. Al A'raf : 55 - 56)

Juga sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam,

"Tiada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Swt. melebihi doa." Sabdanya dipertegas lagi dalam hadis berikut, "Doa adalah ibadah" (HR. Tirmidzi dan Abu Daud)

Kendati demikian, Doa yang tidak selayaknya didengar orang lain, seperti doa sangat pribadi yang merupakan bagian dari privasi, tidak selayaknya diumbar di facebook. Seperti doa yang isinya penyesalan atas perbuatan maksiat dengan menyebutkan bentuk maksiat yang dilakukan. Atau doa yang isinya keluhan masalah pribadi, yang tidak selayaknya diketahui orang lain

Karena kita diajarkan untuk selalu menjaga kehormatan, dan tidak membeberkan aib pribadi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan,

ُ یَْعَملَ نْ َ أ ِ َرة ال ُم َجاھَ مِنَ نَّ ِ ، َوإ ینَ ِ ال ُم َجاھِر لاَّ ِ ى إ ً ِي ُمَعاف َّمت ُ أ لُّ ُ ك ُت ْ ل ، َعمِ نُ لاَ ُ ا ف : یَ ولَ ُ ق یَ َ یْھِ، ف َ َعل االلهَُّ َرهُ َ َست دْ َ َح َوق ِ َّم یُ ْصب ُ ، ث َع َملا ً ِ یْل َّ الل ِ ب ُ ھ ْ َعن ِ َر االلهَّ ْ ِست ِشفُ ْ ُح یَك ِ ، َویُ ْصب ُ ُرهُ َربُّھ ُ َت یَ ْست ا بَ دْ َ ا، َوق َ ذ َ ا َوك َ ذ َ ك َ َحة ِ ار ا

Setiap umatku dimaafkan (kesalahannya) kecuali orangorang melakukan mujaharah (terang-terangan bermaksiat), dan termasuk sikap mujaharah adalah seseorang melakukan sebuah perbuatan dosa di malam hari, kemudian pagi harinya dia membuka rahasianya dan mengatakan, ‘Wahai fulan, tadi malam aku melakukan seperti ini, seperti ini’, padahal Allah telah menutupi dosanya. Di malam hari, Allah tutupi dosanya, namun di pagi hari, dia singkap tabir Allah pada dirinya. (HR. Bukhari)

Syariat juga mengajarkan agar kita tidak menjadi hamba yang mudah mengeluh kepada orang lain. karena sikap semacam ini menunjukkan kurangnya tawakkal. Allah mencontohkan sikap para nabi, yang mereka hanya mengeluhkan masalahnya kepada Allah. Nabi Ya’kub, ketika mendapatkan ujian kesedian yang mendalam, beliau mengatakan,
اللهَّ َ ل ِ ِي إ ن ي َو ُحزْ ِّ ث و بَ ُ ك شْ َ َما أ َّ ن ِ إ الَ َ ق

“Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku..” (QS. Yusuf: 86)

Subscribe to receive free email updates: