“Niantic Project” Dan Dampak-Dampak Berbahaya Akibat Permainan “Pokémon GO”
Permainan smartphone yang
menjadi trendi baru ini, banyak diakses oleah orang jahat untuk dapat
mengetahui lokasi Anda. Dan bagi pengembang aplikasi, ia mampu
mengumpulkan ‘harta karun’ informasi dan data Anda, keluarga, teman,
alamat bahkan hingga mengetahui kebiasaan browsing internet para penggunanya, untuk kemudian informasi dan data Anda dapat dijual kepada pihak ketiga!
Permainan realita berjalan (reality mobile games) besutan Niantic Inc bernama “Pokémon GO” (Pockét Monster Google and NintendO) semakin viral dan marak digunakan oleh banyak orang.
Permainan atau game ini milik Nintendo sebagai publisher, sedangkan aplikasi game dikembangkan oleh Niantic Inc, perusahaan sempalan dari Google Inc, dan perusahaan The Pokémon Company sebagai distributornya.
Permainan ini berawal dari sebuah lelucon di April Mop 2014 silam. Saat itu, Google meluncurkan “Pokemon Challenge” untuk Google Maps
lengkap dengan video promosi dengan mengundang pengguna untuk menemukan
dan menangkap monster fiksi itu dalam aplikasi. Fitur ini hanya aktif
untuk sementara waktu sebelum akhirnya dimatikan.
Ternyata CEO Niantic Labs, John Hanke,
menganggapi hal tersebut secara serius. Dia bertanya pada Direktur Asia
Pasifik untuk Niantic Masashi Kawashima. “Apakah itu bisa dilakukan di
dunia nyata?”.
Perusahaan yang menjadi bagian dari
Google itu bisa membawa permainan ini melesat dengan menggabungkan dunia
Pokemon pada lokasi permainan yang terasa nyata di lingkungan kehidupan
sehari-hari melalui telepon seluler kelas cerdas (smartphones).
Akhirnya, Pokemon Co., tim dari
pengembang Nintendo Co. dan Niantic bersama-sama mengembangkan permainan
tersebut. Pada 2015 Niantic menjadi bagian dari Google. Pokemon GO
mendapat pendanaan dari Nintendo, Google, Pokemon, dan investor lain.
Pokémon GO dirilis sejak 6 Juli 2016 silam, memakai mesin permainan atau game engine bernama Unity,
dan dapat dimainkan melalui OS Andriod, iOS dan gadget serta tablet
lainnya. Baru sepekan sejak peluncurannya di Amerika Serikat, Australia
dan Selandia Baru, Pokémon GO telah meningkatkan saham Nintendo lebih
dari 50 persen.
Pengembangan dari Game “Ingress”
Pokémon GO adalah pengembangan dari game sebelumnya, yaitu Ingress, adalah permainan berbasis pada keadaan yang lebih nyata dan besar yang berbasis lokasi multi pengguna berjaring (augmented-reality massively multiplayer online location-based) yang dibuat juga oleh Niantic, sama seperti pengembang Pokémon GO, yang awalnya pengembang aplikasi ini bagian dari Google Inc.
Game Ingress
ini pertama kali dirilis secara eksklusif untuk perangkat Android pada
tanggal 15 November 2012 silam, dan tersedia untuk iOS Apple pada
tanggal 14 Juli 2014.
Permainan Ingress memiliki cerita fiksi ilmiah masa lalu (science fiction back story) yang kompleks dengan narasi terbuka secara terus menerus.
Namun
bagaimanapun juga oleh banyak pengamat, game ini dirasa tidak perlu
untuk dimainkan, karena pemainnya tak dapat menikmati permainan.
Mirip Pokémon GO, Ingress dianggap sebagai permainan ketangkasan (exergame)
yang berbasis lokasi, tapi permainan ini dianggap gagal untuk dapat
berkembang secara viral. Maka Pokémon GO adalah penggantinya.
Pokémon GO generasi pengganti Ingress
Hampir mirip Ingress, permainan Pokémon GO menggunakan satelit agar dapat mengetahui keberadaan Anda dengan menggunakan GPS (Globally Positioning System), dan menghadirkan peta lokasi yang sama persis (reality map) dengan keadaan di sekeliling penggunanya dengan sebenar-benarnya.
Hal itu bisa terjadi karena Pokémon GO menggunakan Google Maps dalam aplikasinya. Itu sebabnya peta yang dihadirkan sama persis dengan peta asli, bukan peta ilustrasi.
Akibatnya, Anda dapat dipantau atau
diawasi baik itu oleh satelit ataupun oleh server pembuatnya, juga oleh
pihak ketiga yang berkoalisi dengan perusahaan ini, bahkan Anda dapat
juga dipantau oleh orang yang tak Anda kenal sebagai pemain-pemain
lainnya dalam permainan ini.
Hal itu dapat terjadi karena untuk
mengetahui lokasi Anda sebelum bermain, maka informasi dan data-data
Anda harus diketahui terlebih dahulu oleh pembuat permainan ini melalui
aplikasinya.
Kebijakan dalam game ini menimbulkan
kontroversi yang berujung menjadi konspirasi, karena publiser game ini
meminta data-data pribadi penggunanya.
Dalam rilisnya, Pokémon GO akan mempertimbangkan kembali ‘kebijakan pribadi bagi pengguna’ (privacy policy) pada situsnya, namun apakah orang-orang dapat percaya?
Tentu tidak, Anda harus realistis dan
ingat: Bahwa transfer atau pengumpulan informasi dan data pribadi, walau
tak dilakukan, tetap tak dapat terlihat oleh mata para penggunannya!
Itu sebabnya, ada sisi-sisi negatif dan dampak-dampak berbahaya dari
permainan yang sedang viral ini.
Resiko itu selalu ada, dan secara terang-terangan telah ditulis pada ‘kebijakan pribadi bagi pengguna’ (privacy policy)
pada permainan Pokémon GO ini, mirip dengan yang terdapat untuk
aplikasi-aplikasi lain, yang mengandalkan lokasi para pengguna atau
gamers.
Perampok gunakan Pokémon GO untuk menemukan lokasi pemain
Hanya dalam rentang waktu satu bulan saja sejak soft release,
setidaknya sudah ada 11 pemain Pokémon GO yang dirampok karena aplikasi
ini. Pencuri terpikat oleh korban mereka hinggga ke daerah-daerah
terpencil, hal ini dikatakan polisi di O’Fallon, Mo, AS pada Minggu
(10/7/2016) lalu atau hanya satu hari setelah permainan ini resmi
dirilis ke publik.
Pada hari Minggu pagi, pihak berwajib di
O’Fallon, Missouri telah membuat pernyataan resmi, mengonfirmasi bahwa
sebuah kelompok 4 orang bersenjata menggunakan Pokémon GO untuk
memancing para pemain agar datang ke lokasi tertentu dan merampok
mereka.
Empat remaja mengelilingi sebuah mobil di
BMW dengan pistol. Para perampok sedang mencari pemain Pokémon GO dan
mencoba “lagu temanya” yang mengatakan untuk “menangkap mereka semua”
sekitar jam satu malam di luar St. Louis.
“Sebagian besar korban sedang bermain
Pokémon GO sendirian ketika perampok bersenjata datang kepada mereka”,
terang Sgt. Bill Stringer kepada Daily News.
Para pemain Pokemon GO tidak sadar
terhadap situasi di sekitar lingkungan mereka, karena mereka terus
menatap ponselnya. Bagaimana jika pemain sedang mengemudi atau bermain
ditengah jalanan?
Seperti yang disebutkan oleh Ars Technica,
perampokan memanfaatkan Pokémon GO ini juga terjadi di St. Louis dan
St. Charles. Menurut Gizmodo, pihak kepolisian O’Fallon menyebutkan, ada
sekitar 8 – 9 orang yang menjadi korban dari perampokan akibat Pokémon
GO ini.
Game yang memanfaatkan teknologi AR (Augmented Reality)
ini akan meminta para pemainnya untuk berjalan di dunia nyata untuk
mencari Pokemon, Pokestop atau Gym. Pemain juga dapat menggunakan
benda-benda tertentu atau item, yang ditemukan dalam game atau dibeli
dengan uang asli, untuk menarik Pokemon di Pokestop. Kepolisian O’Fallon
menyebutkan, hal inilah yang dimanfaatkan oleh para perampok.
Anda dapat menambahkan item pada Pokestop
untuk memancing para pemain. Para perampok juga memanfaatkan Pokémon GO
untuk mencari orang-orang yang ada di sekitar mereka.
Pemain dapat menggunakan umpan untuk
menarik lebih banyak Pokémon di lokasi-lokasi tertentu, misalnya
ditempat sepi atau gelap, inilah yang biasanya akan terjadi perampokan
dan intimidasi serta kriminalitas lain kepada penggunanya.
Jadi jika Anda menggunakan aplikasi ini
(atau aplikasi lain serupa) atau memiliki anak yang menggunakan aplikasi
ini, kami meminta agar Anda berhati-hati ketika memberitahu di mana
Anda berada kepada orang yang tidak dikenal.
Selain perampok, popularitas Pokémon GO juga menarik perhatian para kriminal dunia cyber. Mereka menanamkan malware
pada aplikasi Pokémon GO. Hal ini menjadi berbahaya karena Pokémon GO
baru diluncurkan secara resmi di beberapa negara saja. Jadi, orang-orang
yang tidak sabar menunggu rilisan resmi dari game ini akan mengunduh
Pokémon GO dari situs yang tidak resmi.
Keempat tersangka, usianya antara 16
sampai 18 tahun, mencuri ponsel korban mereka dan barang-barang pribadi
lalu pergi. Polisi menangatakan bahwa para remaja ini mengaku
menggunakan aplikasi sebagai bagian dari plot jahat mereka.
Brett Miller, 17, Jamine Warner, 18,
Shane Backer, 18, dan tersangka remaja 16 tahun, dituntut dengan tingkat
pertama perampokan dan tindakan kriminal bersenjata.
Seperti narkoba, Pokémon GO membuat pengguna ketagihan
Sebenarnya dalam game online, yang paling
membuat para pemain ketagihan adalah adanya petualangan, transaksi,
jual-beli item atau adanya tim yang dapat bekerja sama dengan mereka.
Selain semua yang dapat membuat ketagihan itu, Pokémon GO
dibuat lebih dari apa yang permainan lain tak dapat melakukannya.
Misalnya dapat menggabungkan real visual lingkugan di sekeliling Anda
dengan game ini.
Dengan paduan antara game dan kamera ponsel, pengguna seakan melihat musuh di depannya. Selain itu Pokémon GO
menggunakan Google Map sebagai lokasi atau peta sekelilingnya. Dengan
menggunakan kamera smartphone dan GPS, seolah pemain mengejar dan
menangkap karakter Pokémon dalam kehidupan nyata.
Dari misi-misi dalam permainan ini, Pokémon GO juga menggunakan foto-foto dalam Google Street sebagai misi khusus. Misalnya ada benda atau objek atau foto atau gambar dalam Pokémon GO yang harus dicari ketika Anda berada di wilayah tersebut.
Objek-objek itu diambil dari suasana yang terekam dalam Google Street. Ketika Anda berhasil menemukannya, maka Anda akan mendapat poin yang lebih banyak.
Hal inilah yang membuat pengguna
ketagihan bagaikan narkotika, dikontrol, disuruh, penurut dan
mengabaikan apa yang ada disekeliling Anda.
Bahkan, Anda tak akan dapat dengan mudah melepaskan kebiasaan ini, walaupun di negara yang tak memiliki Pokémon GO.
Dalam laman asiancorrespondent.com,
di Singapura, sebelum game ini masuk, seorang ekspatriat asal Australia
di perusahaan properti Singapura ternama dengan jabatan Vice President, Sonny Truyen, dipecat gara-gara ia tak dapat mengakses game ini. Ia menulis dalam status di akun Facebook miliknya:
“You can’t f**king catch Pokémon in this piece of f**king sh*t country.”
Kemudian seorang wanita bertanya: “Why would you call Singapore “a f**king sh*t country?””
Ia menjawab: “Cos its full of stup*d like you… I stated why at the start of the sentence..”
Kemudian wanita itu membalas: “Get out of our country”
Akibatnya
tulisan ini menjadi viral di Singapura, terdengar hingga kepada kolega
dan partnernya dalam bisnis. Ia pun akhirnya dipecat lantaran memposting
kata-kata kasar terhadap Singapura.
Selain itu juga diberitakan, sebuah
departemen kepolisian di negara bagian Washington AS telah memberikan
peringatan kepada gamer perburu Pokémon ketika ada di belakang markas
mereka.
Beberapa wannabe Pokémon Master telah
menderita benjol-benjol di kepala dan memar dibeberapa bagian tubuh saat
bermain, setelah terbentur akibat memperhatikan dunia nyata selama
permainan.
Bagaimana jika pemain Pokémon GO bermain ditengah jalan? Atau tiba-tiba ke tengah jalan untuk berburu, atau mereka bermain ketika sedang mengendarai kendaraaan?
Di Australia, Wilayah Polisi Utara,
Pemadam Kebakaran dan Layanan Darurat harus meletakkan keluar
pemberitahuan publik setelah terlalu banyak pemain “gila” menjadikan
daerah tersebut untuk mendapatkan Pokeballs, sejak Kantor Polisi Darwin
itu tampil sebagai Pokéstop.
Lain halnya dengan seorang presenter TV wanita Allison Kropff, yang ketagihan bermain Pokémon GO, tidak menyadari kalau dirinya melintas tepat dihadapan kamera, yang saat itu sedang menayangkan secara langsung program cuaca.
Allison Kropff, yang merupakan salah satu presenter dari stasiun TV WTSP di Florida, Amerika Serikat, sedang asyik bermain Pokémon GO
tanpa menyadari kalau ia masih berada di kantor. Dengan kondisi terpaku
pada layer ponsel, wanita ini tak perduli dan melintas di depan
rekannya, Bobby Deskins, yang sedang membacakan ramalan cuaca.
Kepada para penonton, Deskins mengatakan
”Bagi anda yang memainkan game ini, harus berhati-hati. Bisa saja anda
akan melintas ditempat yang tak terduga”. Sementara itu, melalui
Twitter, Allison mengatakan ”Itulah momen ketika anda terlalu kecanduan Pokémon GO.
Beberapa hal ini saja sudah membuktikan bahwa permainan Pokémon GO
sangat membuat ketagihan bagai narkotika, bahkan hanya dalam beberapa
hari saja setelah peluncurannnya dan tak perduli kepada siapa Anda
berhadapan, dimana Anda berada dan kata-kata kasar apa yang diucapkan.
Persis seperti pengguna narkoba yang sudah additive atau ketagihan dan sangat memerlukannya.
Pokémon GO miliki izin mengambil informasi Anda dan dapat dijual ke pihak ketiga
Pokémon GO adalah permainan yang gratis
untuk dimainkan, para gamer curiga dan takut hal itu justru bisa
memiliki akses kepada privasi mereka. Permainan smartphone yang menjadi trendi baru ini, mampu mengumpulkan ‘harta karun’ informasi dan data penggunannya, dan mengetahui kebiasaan browsing internet penggunanya.
Mereka bisa mengetahui situs-situs apa
yang pernah dibuka, dengan begitu mereka akan tahu apa kebiasaan, apa
yang dilakukan dan apa kesukaan pengguna, bahkan sebenarnya mengetahui
lebih daripada itu.
Aturan kebijakan pribadi bagi pengguna (privacy policy) pada permainan
ini mengungkapkan bahwa mereka akan memiliki izin untuk mengumpulkan
alamat IP pengguna, sejarah web apa yang pernah dan sedang Anda diakses,
berikut dengan informasi lokasi Anda dan beberapa data-data Anda
lainnya.
“The game’s privacy policy reveals it has permission to collect users’ IP addresses, web history and location information, among other data.”
Info tersebut bisa dimonetisasi oleh
pembuat game untuk mengungkapkan kebiasaan perjalanan para pengguna game
di dunia maya, siapa-siapa saja pengguna game yang ada di daerah itu
selama Anda bermain, dan banyak lagi lainnya. Data-data itu kemudian
bisa dijual kepada pihak ketiga!
“The data could then be sold to third parties.”
“Jika gamer menggunakan akun Google pada iPhone untuk masuk, kemudian permainan Pokémon GO bisa memiliki akses ke email mereka, Google Docs dan lainnya”, tulis BuzzFeed.
Salah satu aturan kebijakan pribadi bagi pengguna (privacy policy)
pada permainan Pokémon GO ini mirip dengan yang terdapat untuk
aplikasi-aplikasi lain, yang mengandalkan lokasi para pengguna atau
gamers.
Berita tentang hak akses atau izin (permissions) untuk Pokémon GO ini tersebar pada hari Senin 11 Juli 2016 lalu. Pembuat aplikasi (app-makers) Pokémon GO bernama Niantic, Inc
merilis sebuah pernyataan yang mengatakan ‘tidak mengakses sejumlah
besar data’, dan menyebutnya sebagai sebuah kesalahan pendirian (the set up an “error”).
“Kami mulai bekerja memperbaiki dari sisi
klien untuk meminta izin hanya informasi akun Google, sejalan dengan
data kami benar-benar akses,” tulis laman Ars Technica.
Niantic mengatakan bahwa aplikasi Pokémon
GO tak mengakses informasi apapun selain ID pengguna dan alamat email.
Niantic menambahkan bahwa Google juga akan mengubah hak akses yang
diberikan kepada permainan ini dari sisi Google, dan bahwa pengguna
tidak perlu melakukan apa pun untuk membuat perubahan.
Niantic Inc adalah perusahaan
pembuat aplikasi dari Amerika Serikat yang berbasis di San Francisco,
California. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2010 oleh John Hanke yang
awalnya sebagai Niantic Labs yaitu sebuah perusahaan internal startup di Google, sebelum akhinya keluar dari Google menjadi entitas independen pada tahun 2015.
Niantic adalah perusahaan pengembang game
terbaik yang semakin besar untuk permainan realita berjalan (reality
mobile games) yang masuk pada 2013 dan Pokémon GO bersama dengan The Pokémon Company pada tahun 2016.
Privacy Policy Pokémon GO Diprotes Senator Amerika
Senator
Al Franken dari partai demokrat dari negara bagian Minnesota, pada Rabu
13/7/2016 mengirimkan surat resmi ke Niantic untuk bertanya tentang
keterangan dari Pokémon GO tentang kebijakan privasi mereka. Ia menulis
dalam suratnya:
“Saya prihatin tentang sejauh mana Niantic seharusnya tidak perlu mengumpulkan, menggunakan dan berbagi berbagai informasi pribadi pengguna tanpa izin mereka,” tulisnya dalam surat itu di format PDF (lihat disini).“Sebagai pasar augmented reality yang berkembang, saya meminta Anda untuk memberikan kejelasan yang lebih besar tentang bagaimana Niantic menangani isu privasi pengguna dan keamanan para pengguna, terutama yang dari pemainnya yang masih muda.”
Senator Franken hingga merespon pada Google “bug” (kesalahan bahasa program), yang akhirnya telah diperbaiki – (dan, meskipun IndoCropCircles
sedang menunggu untuk mendengar balasan dari Google tentang masalah
ini, mungkin tidak pernah diberitakan sebagai masalah yang besar,
seperti yang sudah-sudah).
Tetapi senator Franken juga meminta secara spesifik pada beberapa item lain yang ditemukan dalam persyaratan layanan dan kebijakan privasi Pokémon GO, yaitu:
- Sebenarnya informasi apa yang Niantic kumpulkan dan diperlukan untuk permainan dan jasa terkait ini
- Digunakan untuk apa informasi ini, akan dimasukkan sebagai apa informasi ini, dan dengan siapa informasi ini akan dibagikan.
- Mengapa Pokémon GO perlu izin itu memintanya.
- Apakah beberapa dari koleksi ini sangat harus diperlukan (opt-in), bukannya tidak perlu atau tidak mewajibkannya (opt-out)
- Bagaimana Niantic menciptakan “persetujuan yang berarti” (meaningful consent) dari orang tua mengenai hasil dari pengumpulan data anak-anak mereka.
Hingga kini, pihak Niantic belum mengadakan jumpa pers dan hanya membalas isyu privacy policy yang dirasa memberatkan pengguna Pokémon GO ini secara tak resmi dengan hanya melalui websitenya.
Banyak
author media juga menanyakan hal yang sama kepada Niantic beberapa kali
tentang isu-isu yang sama dalam beberapa hari sejak peluncurannya, tapi
belum mendengar responnya kembali, mungkin Senator Franken akan lebih
beruntung.
Senator Franken
adalah advokat yang handal untuk aspek progresif teknologi, tapi
kantornya juga sangat peka pada potensi pelanggaran privasi oleh
orang-orang seperti virtual reality, layanan media dan platform baru
seperti Uber.
Niantic Project
Niantic Project yang tadinya hanya ide.
Menjadi percobaan melalui permainan game. Pada awalnya, Niantic Project
adalah proyek investigasi fiksi dalam kisah augmented reality
berdasarkan lokasi game mobile Ingress.
Namun setelah dirilisnya Pokémon GO,
hal itu sangat dibutuhkan oleh para elite untuk mengumpulkan berbagai
macam data dan informasi masyarakat, mirip PRISM Project besutan NSA dan
lainnya.
Niantic Labs didirikan oleh John Hanke pada tahun 2010. Hanke dikenal sebagai co-founder Keyhole, yang kemudian menjadi Google Earth dan keterlibatannya dalam Google Street View dan Google Maps.
Setiap data Anda yang dimiliki oleh
Google adalah tambang emas yang sangat potensial, bahkan iklan yang
tampil akan disesuaikan dengan kebutuhan dan ketertarikan Anda seperti
yang kita tahu dari bocoran Edward Snowden ini, juga dilacak oleh
Program PRISM NSA, yang menyentuh langsung ke server Google.
Ancaman yang paling cepat bagi pengguna Pokémon GO adalah bahaya dibajaknya data Anda (hacked). Pemain yang masuk ke permainan dengan akun Google memungkinkan Niantic memiliki akses penuh ke profil tersebut.
Seperti ahli IT Adam Reeve uraikan pada Tumblr, “Ya, itu berarti mereka dapat membaca email Anda, isi file Anda di Google Drive, dan pada dasarnya dapat mengakses setiap bagian dari hidup Anda, karena Anda menggunakan Google untuk semua itu.
Bagian yang paling menakutkan adalah bahwa itu benar-benar tidak perlu: “Ketika pengembang man-setup ‘Masuk dengan Google’ (Sign in with Google) fungsi mereka menentukan kepada tingkat akses apa yang mereka inginkan.
Praktik terbaik dan dengan logika yang
sederhana saja, pengembang akan mendikte Anda dengan meminta akses
minimum yang sebenarnya Anda butuhkan, biasanya sederhana yaitu hanya
informasi kontak.
Maka Anda akan berpikir bahwa dengan
meminta akses minimum berarti tidak mungkin karyawan Niantic akan
mencuri identitas Anda. Tapi seperti pembajakan profil tingkat tinggi (high-profile hacks)
yang dialami oleh Sony dan Ashley Madison telah menunjukkan, bahwa
tidak ada perusahaan yang mengklaim untuk menghargai privasi Anda dan
kebijaksanaan yang kebal, walau itu memiliki akses minimum!
Salah satu penggagas Proyek Niantic ini adalah NSI yaitu The Nationwide Suspicious Activity Reporting, disingklat SAR, sedangkan yang lebih tinggi darinya disebut sebagai NSI (Nationwide SAR Initiative).
NSI adalah Lembaga Pelaporan Aktivitas Mencurigakan Dari Seluruh Dunia,
milik pemerintah Amerika Serikat. NSI digunakan untuk mengumpulkan data
serta informasi, dan berbagi laporan aktivitas mencurigakan oleh
individu atau kelompok di Amerika Serikat maupun di dunia, salah satunya
melalui Niantic Project besutan Niantic Inc ini.
Nationwide SAR Initiative
(NSI) dibentuk oleh para penegak hukum dan lembaga-lembaga lain dan
telah dilakukan selama bertahun-tahun, untuk mengumpulkan informasi
mengenai perilaku dan insiden yang terkait dengan kegiatan kriminal,
namun tanpa pembatasan pada pengumpulan data individu yang bersangkutan
tanpa adanya kecurigaan oleh individu terkait.
Program
ini telah membentuk proses standar dimana SAR dapat saling berbagi data
antar lembaga-lembaga lainnya untuk membantu mendeteksi dan mencegah
kegiatan kriminal terkait terorisme.
Dari sinilah lalu muncul ide pembuatan Project PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems)
yang mencakup semua individu yang tak hanya dalam game online, namun
juga di dunia internet secara global. Dengan munculnya PRISM, maka NSI
dibubarkan.
PRISM
adalah salah satu program yang beralasan untuk memerangi teroris
terutana di dunia internet yang dijalankan pemerintah Amerika Serikat
melalui NSA.
Dengan pemberlakuan program ini, maka NSA
memiliki hak untuk mendapatkan dan mengetahui segala data pengguna yang
dimiliki perusahaan-perusahaan besar dunia.
Melihat fenomena seperti ini sendiri
memang cukup miris. Saat konglomerasi besar seperti Facebook, Yahoo!,
hingga Google mau menuruti PRISM.
Dari pengumpulan data dan informasi pengguna game online
termasuk Pokémon GO, akan membuat kecanduan pemainnya, dan akan lebih
mudah menularkannya kepada orang lain yang kemudian menjadi pemain
lainnya.
“Data dan informasi tiap individu tak perlu dicari, karena mereka akan mengisi datanya sendiri. Maka kita akan terlihat dimana mereka berada, siapa anggota keluarganya, apa profesinya, siapa teman-temannya, apa file yang dimilikinya, apa kesukaan mereka, bahkan jam berapa mereka bangun dan tidurnya, semua diketahui”
Disisi lain, kecanduan game sama
berbahayanya dengan pengedar narkoba yang dapat membunuh manusia
lainnya, jika Anda mengendarai kendaraan ketika main, atau lengah ketika
bekerja, atau berkelahi antar pemain dan dapat mengancam jiwa seorang
hingga beberapa orang.
Ini adalah agenda besar jangka panjang ke
depannya bagi suatu kelompok elit dunia yang hanya berjumlah 1% saja
dari jumlah seluruh penduduk dunia yang sekitar 7 milyar. Namun mereka
memegang kendali atas semua aspek di planet ini.
Mereka memegang secara global mulai dari
makanan, minuman, militer, keuangan, perekonomian, segala macam bahan
tambang, obat-obatan dan perusahaan-perusahaan farmasi, hingga segala
macam bisnis dari ribuan perusahaan-perusahaan top dunia.
Minimal atau paling tidak, mereka berusaha membuat manusia terjerumus dalam tiga faktor cuci otak (brainwashed) untuk dapat mengontrol pikiran (mind control)
para pemain, terutama generasi muda! Nah ini yang lebih berbahaya untuk
ke depannya. Ketiga faktor yang berusaha mereka pengaruhi yaitu: de-programming, sub-liminal dan sifat paranoid kepada manusia.
- Deprogramming, mengacu pada langkah-langkah paksaan untuk memaksa seseorang dalam sebuah sistem kepercayaan yang kontroversial untuk mengubah keyakinan mereka dan meninggalkan kesetiaan kepada kelompok agama, politik, ekonomi, atau sosial yang terkait dengan sistem kepercayaan.
- Stimuli subliminal, secara harfiah berarti “dibawah ambang batas” atau “dibawah sadar”, dari setiap rangsangan sensorik bawah ambang sadar individu terkait untuk mengubah persepsinya. Sebuah studi pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) menunjukkan bahwa rangsangan subliminal mengaktifkan daerah tertentu dari otak meskipun peserta tidak menyadarinya. Rangsangan visual dapat dengan cepat melintas sebelum seorang individu dapat memprosesnya, atau melintas kemudian tak menyadarinya, sehingga mengganggu pengolahan pemikiran. Rangsangan suara atau audio stimuli dapat dimainkan dengan volume yang kecil saja sebagai latar belakang.
- Paranoid (atau paranoia), adalah gangguan mental yang diderita seseorang yang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Dikatakan sebagai bentuk gangguan bila perilaku tersebut sifatnya irasional, menetap, mengganggu, dan membuat stres.
Ketiga faktor itulah yang berusaha diubah
dari sifat normal manusia melalui kecanduan game ini. Dijamin dalam
beberapa tahun mendatang, banyak hal negatif dari game ini, bahkan
korbannya pun bisa lebih banyak ketimbang korban tewas karena ganja.
Meramaikan rumah ibadah dan spionase
Banyak rumah ibadah jadi PokesStop dan checkpoints,
yang akhirnya membauat para pemain memeuhi halaman rumah ibadah. Ya,
rumah ibadah jadi ramai bukan karena ingin ibadah, tapi karena sebagai
sarana bermain Pokémon GO.
Anda harus bisa membedakan antara orang
yang niat ke rumah ibadah dengan tujuan beribadah baru setelahnya
bermain Pokémon GO, dengan orang yang niat ke rumah ibadah untuk bermain
Pokémon GO sambil beribadah.
Banyak masjid-masjid dan tempat ibadah
lain menjadi PokeStop. Hal ini terjadi karena berdasarkan patokan data
dari game sebelumnya, Ingress. Di game itu, titik-titik tersebut bernama
checkpoints. Nah, pemain Ingress mencantumkan tempat ibadah sebagai checkpoints, lengkap dengan informasi beserta fotonya.
Tapi dengan banyaknya rumah ibadah jadi checkpoints, maka bisa dilihat perbandingannya, banyak mana antara jamaah yang ibadah dengan pemain Pokémon GO di tempat itu?
Jelas ini adalah subliminal untuk
terlihat seakan banyaknya pengikut Pokémon GO “dapat menyaingi” antara
jama’ah rumah ibadah tersebut dengan “jama’ah” dari “agama baru” yaitu
Pokémon GO. Dan yang jelas akan mengganggu para jamaah untuk beribadah
karena bercampur dengan niat lain.
Sebenarnya ada pertanyaan mendasar, bagaimana jika PokesStop dan checkpoints
tidak ada di rumah ibadah tersebut? Apakah rumah ibadah itu bisa
seramai ketika para pemain Pokémon GO ikut berkumpul pada jam-jam
tertentu? Tentu saja tidak.
Selain itu, para pemain menggunakan
kamera ketika bermain Pokémon GO juga bisa sekaligus menjadikan para
pemain sebagai “alat spionase” gratis yang sangat efektif dan efisien.
Para pengguna, siapapun mereka, tak akan
pernah tau bahasa program apa yang ditransfer bersama permainan ini. Apa
hanya lokasi trainer dan yang diburu, info skill dan level, atau
apapun. Kita semua tak akan pernah tahu. Bisa jadi objek atau video
yang terlihat juga bisa ditransfer.
Hal ini mirip ketika ponsel pintar Anda
dimatikan GPS-nya, Anda tak tahu bahwa sebenarnya ponsel Anda masih
memancarkan info dimana Anda berada, bahkan sampai dimatikan pun ponsel
Anda masih memancarkan sinyal. Kecuali batere pada ponsel Anda cabut!
Apalagi dengan kamera yang terhubung dengan GPS secara real-time
dan selalu menyala, maka dapat menjadikan ponsel para pemain ibarat
sebagai kamera pemantau jarak jauh, mengingat munculnya Pokémon GO juga
terjadi di tempat-tempat rahasia negara, seperti markas-markas militer,
gedung-gedung kementrian dan departemen, tempat-tempat rahasia keamanan
negara ring satu, dan juga gedung pemerintahan.
Para pemain ibarat spionase dari negara
luar yang diupah hanya oleh uang virtual Pokémon, atau bisa dibilang
sebagai spionase yang didapat secara gratis, bahkan justru para pemain
yang harus bayar pulsa internet.
Tak hanya menghabiskan waktu untuk
bermain game, sebenarnya masih banyak hal lain yang jauh lebih berguna
untuk mengisi waktu luang, karena sebaik-baiknya manusia adalah mereka
yang berguna bagi manusia-manusia lainnya, atau minimal bermanfaat bagi
dirinya sebagai tambahan ilmu pengetahuan baru untuk meluangkan waktu
selain bermain game, seperti membaca, belajar, menulis artikel atau
mengembangkan hobi hingga berolahraga.
Game online tak akan pernah ada habisnya,
bahkan hingga anak yang bermain itu jadi kakek nenek atau buyut bahkan
mati. Yang membuat suatu game online habis hanyalah: jika game tak laku,
atau jika perusahaan game bangkrut.
Percayalah, bahwa dengan diluncurkannya
Pokémon GO – atau game lain sejenisnya – dan kemudian game ini sukses,
maka akan membuat ketagihan bagi para pemainnya bagaikan narkotika.
Bahkan lebih dari itu.
Jika memakai narkoba dapat ketagihan,
efek ini juga akan berlaku sama dengan pemainan ini. Jika dalam keadaan
dibawah pengaruh narkoba dan memikirkan segala sesuatu yang tak penting
sepanjang hari bahkan hingga bermimpi, maka efek itu juga akan berlaku
sama dengan pemainan ini.
Jika pemakai narkoba hanya mau bermain
dengan pengguna narkoba lainnya agar dapat berbagi, maka efek itu juga
akan berlaku sama dengan pemainan ini, berteman sengan sesama pemain.
Jika pemain sudah ketagihan narkoba dan
tak perduli dengan lingkungan, keluarga, pekerjaan dan teman, maka efek
itu juga akan berlaku sama dengan pemainan ini, diantaranya cuek dan tak
peduli dengan sekitar, bahkan mengundurkan diri dari pekerjaan hanya
untuk memburu Pokémon. Apa ini wajar?
Jika over dosis akibat pemakaian narkoba
yang tinggi dan dapat mematikan, maka efek itu juga akan berlaku sama
dengan pemainan ini, hingga tertabrak mobil atau masuk ke sungai atau
jurang atau terjatuh. Jelas perilaku pemain ketika berburu akan
berubah. Tak terlihat lagi normal ketika berjalan, menyebrang atau pun
berkendara.
Jadi, siapa bilang orang yang tak pernah
merokok, memakai ganja, atau kokain bahkan morfin, tidak dapat KECANDUAN
hal-hal lain yang tak banyak manfaatnya, … bahkan lebih banyak dampak
buruknya, … dan tak bermanfaat? Anda salah besar! (©2016 IndoCropCircles.com)
Pustaka:
- nydailynews, Thieves using Pokémon Go to find players to steal from in Missouri; at least 11 people robbed
- nydailynews, Smartphone game Pokémon Go has permission to catch all of your data
- arstechnica, Pokemon Go on iOS gets full access to your Google account
- engadget, ‘Pokémon Go’ on iOS is digging deep into linked Google accounts
- uproxx, The Makers Of ‘Pokémon Go’ Are Definitely Catching All Of Your Data
- thefader, Here’s How You Can (Maybe) Stop Pokémon Go From Harvesting All Your Data
- mic, Does ‘Pokémon Go’ Use Data? Yes. A Lot of Data. And People Are Pissed
- theladbible, ‘Pokémon Go’ Has Been Exposed As The Tool Of Illuminati Control It Really Is
- techcrunch, Senator Al Franken questions Niantic over Pokémon GO privacy policy / downlod PDF – Letter from Al Franken to Pokemon GO
- nianticproject, Niantic Project: The sphere of weirdness
- wikipedia, Niantic, Inc
- wikipedia, Nationwide SAR Initiative (NSI)
- wikipedia, Ingress (video game)
[indocropcircles.wordpress.com]