Ditengah udara yang panas, enaknya makan buah yang segar dan manis. Tetapi apa jadinya bila semangka yang sudah kita beli ternyata rasanya hambar dan tidak manis? Marah, kesal?
Nah kisah ini bisa menjadi pelajaran kepada kita, bagaimana seharusnya kita bersikap. Jangan lupa bagikan ya!
Suatu hari Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkhi membeli Buah Semangka untuk istrinya. Saat disantapnya ternyata buah Semangka tersebut terasa hambar dan tidak manis sama sekali.
sans-serif;">Sang isteri pun kesal dan marah-marah.
Melihat hal tersebut Syeikh al-Imam Syaqiq mendiamkannya. Setelah reda amarah istrinya Syikh menanggapi dengan omelan istrinya itu. Beliau bertanya dengan halus:
"Kepada siapakah kau marah wahai istriku? Kepada pedagang buahnya kah? atau kepada pembelinya? atau kepada petani yang menanamnya? ataukah kepada yang Menciptakan Buah Semangka itu?" tanya Syeikh al-Imam Syaqiq
Istri beliau terdiam. Masih dengan menyungging senyum, Syeikh Syaqiq melanjutkan perkataannya:
"Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik......Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula..! Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik..!
Maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang Menciptakan Semangka itu..!"
Pertanyaan Syeikh al-Imam Syaqiq menembus ke dalam hati sanubari istrinya. Terlihat butiran air mata mulai menetes perlahan di kedua pelupuk matanya.
"Bertaqwalah wahai istriku...Terimalah apa yang sudah menjadi Ketetapan-Nya. Agar Alloh memberikan keberkahan pada kita”, ucap Syeikh Syaqiq.
Mendengar nasehat suaminya itu,sang istri pun tersadar, ia menunduk dan menangis mengakui kesalahannya dan ridha' dengan apa yang telah Allah Subhanahu Wa Ta'ala tetapkan."
Pelajaran terpenting buat kita adalah bahwa setiap keluhan yg terucap tidak akan merubah keadaan menjadi lebih baik dan sama saja kita tidak ridha dengan ketetapan Allah SWT, sehingga barokah Alloh jauh dari kita.Semoga kita semua dianugrahi kekuatan untuk senantiasa bersyukur padaNYA, agar kita mendapatkan keberkahanNYA.
Istri beliau terdiam. Masih dengan menyungging senyum, Syeikh Syaqiq melanjutkan perkataannya:
"Seorang pedagang tidak menjual sesuatu kecuali yang terbaik......Seorang pembeli pun pasti membeli sesuatu yang terbaik pula..! Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan yang terbaik..!
Maka sasaran kemarahanmu berikutnya yang tersisa, tidak lain hanya kepada yang Menciptakan Semangka itu..!"
Pertanyaan Syeikh al-Imam Syaqiq menembus ke dalam hati sanubari istrinya. Terlihat butiran air mata mulai menetes perlahan di kedua pelupuk matanya.
"Bertaqwalah wahai istriku...Terimalah apa yang sudah menjadi Ketetapan-Nya. Agar Alloh memberikan keberkahan pada kita”, ucap Syeikh Syaqiq.
Mendengar nasehat suaminya itu,sang istri pun tersadar, ia menunduk dan menangis mengakui kesalahannya dan ridha' dengan apa yang telah Allah Subhanahu Wa Ta'ala tetapkan."
Pelajaran terpenting buat kita adalah bahwa setiap keluhan yg terucap tidak akan merubah keadaan menjadi lebih baik dan sama saja kita tidak ridha dengan ketetapan Allah SWT, sehingga barokah Alloh jauh dari kita.Semoga kita semua dianugrahi kekuatan untuk senantiasa bersyukur padaNYA, agar kita mendapatkan keberkahanNYA.
Sumber : Kisah
Syeikh al-Imam Syaqiq al-Balkh yang wafat pada tahun 194 H./810 M