AP, 6, siswa
sebuah taman kanak-kanak (TK), di Karangmalang, Sragen, nyaris menjadi
korban penculikan oleh seorang perempuan berhijab motif flora tak
dikenal saat pulang dari sekolahnya.
Siswa TK tersebut sempat dipaksa agar naik ke sepeda motor jenis Honda Beat oleh pelaku. Beruntung tetangga korban langsung memergoki pelaku dan segera mengajak AP pulang ke orang tuanya.
Peristiwa itu terjadi pada sepekan lalu. Namun tiga orang polisi berpakaian preman baru mendatangi lokasi kejadian dan menghimpun data dari warga pada Kamis (3/11/2016) siang.
Seorang tetangga korban satu RT, AS, 30, saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Kamis siang, menjelaskan kronologi peristiwa itu. Dia mengatakan AP biasanya pulang pukul 10.00 WIB.
AS baru mengetahui mendapat SMS [short message service] dari orang tua AP, yakni WP, 27, agar menjemput AP mendekati pukul 10.00 WIB. Dia segera menjemput AP di sekolahnya yang berjarak kurang dari 1 km dari rumahnya.
“Sesampaikan di depan sekolah, saya melihat AP ditarik-tarik orang tidak dikenal. AP sudah naik motor perempuan tak dikenal itu dan sudah berjalan beberapa meter. Saya semula menduga perempuan itu saudara WP. Saya memanggil AP dan dia justru bersikeras ikut saya. AP turun dan langsung naik motor saya. Perempuan itu langsung balik ke arah yang berlawanan dan pergi,” ujar AS.
Dibawa Pulang
AS langsung membawa pulang AP dan diserahkan kepada ibunya. AS menyampaikan ciri-ciri perempuan itu bertubuh langsing dengan dandanan menor dan berjilbab. Motornya Honda Beat yang masih baru karena pelat nomornya masih putih. Sesampainya di rumah, AP ditanyai ibunya dan AS.
“AP bilang tangan ditarik-tarik agar mau ikut perempuan itu. AP sempat ditanya asal desanya. Perempuan itu tidak mengenal kampung kami. Dari keterangan AP itu, saya menduga perempuan yang akan menculik anak saya itu bukan orang sekitar sini,” kata ibunda AP, yakni WP, saat berbincang di rumah AS.
WP masih trauma ketika didatangani wartawan karena sebelumnya tiga orang polisi berpakaian preman sempat datang menanyainya dan meminta keterangan kepada AP.
Kasus serupa pernah terjadi di sebuah sekolah dasar (SD) di kawasan Sragen Kota dan di kawasan Kedawung. Tim Polsek Sragen Kota menemui kepala SD di Sragen Kota untuk mengklarifikasi kabar penculikan yang beredar di media sosial. Selain itu mereka juga berjaga-jaga di depan sekolah saat jam pulang sekolah.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Sragen, Suwardi, saat ditemui wartawan meminta kepada sekolah-sekolah, terutama TK dan SD agar waspada terhadap adanya orang-orang yang tidak idkenal di lingkungan sekolah.
Dia mengimbau kepada guru sekolah supaya menanyakan identitas kepada orang-orang yang tidak biasa ada di sekitar sekolah sebagai langkah antisipasi.
“Apabila ada orang-orang yang dicurigai ya perlu ditanya identitas dan alamatnya. Bagi orang tua yang biasa menjemput anak ya segera menjemput pada jam pulang sekolah dan jangan sampai terlambat. Mereka yang tidak bertanggung jawab itu memanfaatkan jam-jam pulang sekolah dan terlambat menjemput anak,” tambahnya.
Kasus yang terjadi di kawasan Karangmalang dan Sragen Kota sudah dimintai klarifikasi ke pihak sekolah terkait dan sampai sekarang tidak ada lagi kasus serupa.
[27 – Tribunsalam /Solopos]
Siswa TK tersebut sempat dipaksa agar naik ke sepeda motor jenis Honda Beat oleh pelaku. Beruntung tetangga korban langsung memergoki pelaku dan segera mengajak AP pulang ke orang tuanya.
Peristiwa itu terjadi pada sepekan lalu. Namun tiga orang polisi berpakaian preman baru mendatangi lokasi kejadian dan menghimpun data dari warga pada Kamis (3/11/2016) siang.
Seorang tetangga korban satu RT, AS, 30, saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Kamis siang, menjelaskan kronologi peristiwa itu. Dia mengatakan AP biasanya pulang pukul 10.00 WIB.
AS baru mengetahui mendapat SMS [short message service] dari orang tua AP, yakni WP, 27, agar menjemput AP mendekati pukul 10.00 WIB. Dia segera menjemput AP di sekolahnya yang berjarak kurang dari 1 km dari rumahnya.
“Sesampaikan di depan sekolah, saya melihat AP ditarik-tarik orang tidak dikenal. AP sudah naik motor perempuan tak dikenal itu dan sudah berjalan beberapa meter. Saya semula menduga perempuan itu saudara WP. Saya memanggil AP dan dia justru bersikeras ikut saya. AP turun dan langsung naik motor saya. Perempuan itu langsung balik ke arah yang berlawanan dan pergi,” ujar AS.
Dibawa Pulang
AS langsung membawa pulang AP dan diserahkan kepada ibunya. AS menyampaikan ciri-ciri perempuan itu bertubuh langsing dengan dandanan menor dan berjilbab. Motornya Honda Beat yang masih baru karena pelat nomornya masih putih. Sesampainya di rumah, AP ditanyai ibunya dan AS.
“AP bilang tangan ditarik-tarik agar mau ikut perempuan itu. AP sempat ditanya asal desanya. Perempuan itu tidak mengenal kampung kami. Dari keterangan AP itu, saya menduga perempuan yang akan menculik anak saya itu bukan orang sekitar sini,” kata ibunda AP, yakni WP, saat berbincang di rumah AS.
WP masih trauma ketika didatangani wartawan karena sebelumnya tiga orang polisi berpakaian preman sempat datang menanyainya dan meminta keterangan kepada AP.
Kasus serupa pernah terjadi di sebuah sekolah dasar (SD) di kawasan Sragen Kota dan di kawasan Kedawung. Tim Polsek Sragen Kota menemui kepala SD di Sragen Kota untuk mengklarifikasi kabar penculikan yang beredar di media sosial. Selain itu mereka juga berjaga-jaga di depan sekolah saat jam pulang sekolah.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Disdik) Sragen, Suwardi, saat ditemui wartawan meminta kepada sekolah-sekolah, terutama TK dan SD agar waspada terhadap adanya orang-orang yang tidak idkenal di lingkungan sekolah.
Dia mengimbau kepada guru sekolah supaya menanyakan identitas kepada orang-orang yang tidak biasa ada di sekitar sekolah sebagai langkah antisipasi.
“Apabila ada orang-orang yang dicurigai ya perlu ditanya identitas dan alamatnya. Bagi orang tua yang biasa menjemput anak ya segera menjemput pada jam pulang sekolah dan jangan sampai terlambat. Mereka yang tidak bertanggung jawab itu memanfaatkan jam-jam pulang sekolah dan terlambat menjemput anak,” tambahnya.
Kasus yang terjadi di kawasan Karangmalang dan Sragen Kota sudah dimintai klarifikasi ke pihak sekolah terkait dan sampai sekarang tidak ada lagi kasus serupa.
[27 – Tribunsalam /Solopos]